indirect confession
Semua kelas mata kuliah untuk hari ini baru saja berakhir. Di mata kuliah terakhir ini, Alesya jadi kepikiran dengan chat Ezra tadi yang mengajak bertemu di parkiran, berdua saja. Ia menatap Rosa yang sedang membereskan isi tasnya.
“Ros, gue lagi mau ketemu orang dulu sebentar, lo jalan aja ke gedung rektorat, nanti gue jemput disitu kalau udah kelar.” ucap Alesya. “Gak lama, kok.”
Rosa menatap Alesya dengan agak kosong, lalu mengangguk mengerti, “Ya udah, gue tunggu di gedung rektorat aja, ya. Mumpung gue juga sekalian mau jajan di kantin.”
“Oke deh,” jawab Alesya lalu segera pergi dari ruang kelas dan berjalan cepat agar tidak tertinggal lift. Tepat saat pintu lift yang hendak tertutup, kembali terbuka karena kedatangan Alesya. Ia melihat ada Ezra yang berdiri di pojok lift tersebut.
Alesya memasuki lift itu dan berdiri tepat di depan pintu, tidak mengindahkan keeksistensian Ezra. Lift pun bergerak turun dari lantai 3 ke lantai Ground, dan pintu lift itu pun terbuka setelah berbunyi 'ting!'.
Alesya melangkahkan kakinya keluar dari lift, lalu disusul oleh Ezra. Pemuda itu berjalan tepat di belakang Alesya yang menuju ke parkiran gedung departemen.
“Sombong amat, mbak.” ujar Ezra dari belakang, sambil terus berjalan.
Alesya menghentikan langkahnya lalu menghela napas kesal dan menoleh ke belakang, menatap Ezra. “Lo katanya ada mau ngomong sama gue, kan? Ngomong aja sekarang. Udah face to face, kan? Ribet amat segala mesti ketemu di parkiran.”
Ezra tersenyum, “Gak, tetap harus di parkiran.” ucapnya lalu berjalan mendahului Alesya menuju keluar gedung.
Dasar mak rempong. batin Alesya.
Keduanya pun sampai di parkiran dan berdiri di samping mobil Honda Civic hitam milik Ezra yang diparkir mundur tepat di bawah pohon yang teduh. Alesya berdiri di arah kap mobil, sementara Ezra terlihat sedang mengambil sesuatu di dalam mobil.
Tak lama, Ezra menampakkan kembali batang hidungnya sambil memegang sebuah buket berwarna rose gold yang berisikan bunga mawar putih, dan beberapa jenis cemilan.
Melihat itu, Alesya terlihat bingung dan sedikit terkejut.
“Tahu kan ini hari apa?” tanya Ezra. “Ini buat lo,” Ezra menyodorkan buket itu kepada Alesya sambil tersenyum.
Alesya melongo kecil karena terkejut, “Valentine..?”
Ezra mengangguk, “Hari kasih sayang.”
“Ya elah lo, emangnya kita ada hubungan apa?” ujar Alesya sambil tertawa kecil dan tak kunjung menerima pemberian Ezra. “Gak gini caranya kalau lo beneran mau berteman sama gue.”
“Teman?”
Alesya mengangguk, “Ini ceritanya lo mau platonic relationship sama gue, kan?”
Ezra tersenyum tipis. “Gue maunya sih bukan platonic ya, tapi romantic.” ujarnya yang lantas membuat Alesya membatu. Ezra sekali lagi menyodorkan buket yang ia pegang itu.
Alesya benar-benar terdiam membatu namun tangannya bergerak untuk menerima buket pemberian Ezra.
“Kejawab, kan? Percakapan kita minggu lalu? Yang lo nanya kenapa gue bela-belain bolos 2 mata kuliah buat ngurusin lo yang sakit.” papar Ezra. “Yang gue bilang kalau gue jawab pertanyaan lo itu, gue yakin lo gak akan suka dengan jawaban gue.”
Alesya mengangguk pelan, “I.. iya..?”
“Yang ini gak perlu dijawab kalau lo gak mau. Gue udah cukup senang kok dengan hubungan kita yang sekarang,” kata Ezra sambil tersenyum lalu menepuk lengan atas Alesya. “Gue pergi dulu, ya.”
Ezra pun masuk ke dalam mobilnya dan pergi dari pandangan Alesya. Setelah kepergian 'teman spesial'nya itu, Alesya segera masuk ke dalam mobilnya dan menyalakan mesin serta AC-nya. Ia berusaha untuk mengatur napasnya.
“WHAT THE FUCK JUST HAPPENED?!”
© hazelnutbbutter