studio pagi
Hari Senin pagi adalah waktunya kelas mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur. Hari di mana bawaan para mahasiswa semester 3 sudah kayak pedagang pasar, saking rempongnya. Hiperbola, sih. Seperti hari-hari biasanya, Rosa selalu nebeng di mobil Alesya toh mereka satu kelas terus dan rumah mereka juga tidak terlalu berjauhan.
Alesya memarkirkan mobil Suzuki Baleno putihnya di samping kanan mobil Honda City hitam, lalu mematikan mesin dan membuka pintu mobil untuk mengambil barang di jok belakang.
“Sya, ini mobilnya Ezra gak sih?” tanya Rosa karena ia turun bertepatan dengan mobil hitam itu.
Alesya berjalan ke arah mobil hitam itu, membaca plat nomor mobil itu. B 2304 EZ. “Iya, bener.”
Rosa tersenyum usil, “Hooh, yang katanya 'frenemies' tapi kenal plat nomornya.. hihihi,” usilnya.
Alesya memutar kedua bola matanya karena sudah cukup lelah dengan ucapan-ucapan Rosa yang seperti itu. “Ya elah, itu dia jelas banget plat-nya custom. Tuh, 2304, 23 April alias ulang tahunnya. EZ, Ezra.” jawab Alesya letih sambil mengambil barang di mobilnya kembali.
“Tau aja lo ulang tahunnya,” goda Rosa lagi.
“Gue pernah satu kali diundang ke pesta ultahnya waktu SMP. 23 April 2017. Waktu itu gue harusnya ada les privat buat fokus UN, tapi orangtua gue batalin karena suruh ke pestanya dia.” balasku. “Kampret.”
“Les privat buat fokus UN di kelas 8?” Rosa menggeleng-gelengkan kepala capek, “What did I expect from you..”
Setelah sama-sama membawa barang dari mobil dan berjalan menuju gedung departemen, tentu saja mereka tidak hanya diam-diam saja ketika berjalan. Walau Alesya maunya begitu.
“Punya pesta ulang tahun, bahkan pas SMP. Rich kid behavior banget gak sih si Ezra?” pancing Rosa. “Bokap nyokapnya kerja apa, dah?”
“Dokter. Nyokapnya dokter spesialis saraf, kalau bokapnya spesialis jantung.” balas Alesya datar.
“Lo tahu banget Ezra, ya~!” ucap Rosa dengan semangat.
Alesya menghentikan langkahnya, “Sekali lagi lo bahas Ezra, gue gak bolehin lo nebeng lagi seumur hidup!”
“Ih... jahat.”
Tak lama setelah berjalan dalam diam, mereka pun sampai di dalam ruang kelas studio. Dan benar, Ezra sudah ada di dalam ruangan, duduk di posisi kesukaannya, tepat di jejeran AC sembari menggambar di kertas A3 tugasnya.
Alesya menaruh tote bag dan tas gambarnya di tempat duduk andalannya, di barisan paling depan, tepat di depan meja dosen. Kemudian ia berjalan ke meja Ezra dan mengulurkan tangannya, “Mal.”
Ezra menghela napasnya, lalu mengulurkan mal interior miliknya. “Ntar gue gantiin kok punya lo...”
Alesya hanya mendengus kesal dan langsung kembali ke mejanya setelah menerima mal interior milik Ezra.
Oke, jadi permasalahan mal interior.. sekitar 2 minggu lalu pada mata kuliah ini, Ezra mal interior yang ia pesan di toko online belum datang, jadi ia meminjam mal interior milik Alesya terlebih dahulu. Alesya yang kebetulan lagi baik saat itu, ia pinjamkan saja mal interior merk Rotringnya itu pada Ezra. Hari itu, Alesya lupa menagih barangnya pada Ezra dan langsung pulang. Akhirnya, Ezra gunakan kesempatan ini untuk mengusili Alesya dengan agak lama.
Ya, sebenarnya mal interior Rotring milik Alesya yang harganya sama dengan 20 porsi batagor itu aman di rumah Ezra. Cuma ya, Ezra pengen ngusilin Alesya saja. Tapi alhasil, Alesya berpikir kalau Ezra menghilangkan barangnya betul-betul.
“Andai lo tahu, Le..” gumam Ezra.
© hazelnutbbutter