meriang

Sangat jarang bagi Alesya masih berselimut di pagi hari. Terlebih lagi sampai harus bolos kuliah di hari Senin yang memiliki mata kuliah 5+2 SKS.

Dari semalam, ia memang merasa meriang dan agak pusing diikuti dengan rasa mules di perutnya padahal ia tak merasa makan sembarangan.

Tok tok tok

Alesya mendengar suara ketukan pintu kamarnya. Dari ketukan itu, ia tahu pasti itu adalah Bundanya.

“Iyaa,” jawab Alesya dari dalam kamar.

Krek

Pintu kamarnya pun terbuka, dan muncullah batang hidung sang ibunda dan diikuti oleh wajah sang ayah. Tampaknya keduanya sudah siap berangkat kerja dengan pakaian yang sudah rapi.

“Ale gak kuliah?” tanya Papi.

Alesya menggeleng, “Hari ini gak ada kuliah, dosen Arsitektur lagi ada seminar.” jawabnya bohong, ia tidak ingin orangtuanya tahu apabila dirinya sakit karena tak ingin mengganggu pekerjaan mereka.

Sang ibunda merasa ada yang tidak beres lalu mendekati anaknya. Ia memegang dahi Alesya dengan punggung tangannya, merasakan suhu.

“Panas, nak.” ujar Bunda. “Kamu sakit. Kita ke dokter, ya.”

Mendengar itu, Papi langsung ikut meraba kening Alesya. “Ih, iya. Kita ke dokter sekarang.”

Alesya menggeleng sambil menepis pelan tangan ayahnya. “Gak usah, aku cuma demam karena kedinginan aja kok. Nanti baikan sendiri. Bunda sama Papi berangkat kerja aja. Udah mau jam 7.30 lho ini, macet nanti.”

“Papi aja yang kerja, Bunda temenin Ale aja.” ucap Bunda.

Kring.. kring..!

Mendengar nada dering teleponnya, Bunda segera mengangkat telepon itu. Ia terlihat sedikit lelah mendengarnya. Setelah menutup telepon, Papi menanyakan keadaan.

“Kenapa, Bun?” tanya Papi.

“Ada klien Bunda kemarin yang datang pagi-pagi ini terus bikin ribut di kantor nyariin Bunda karena gak terima bayar denda. Pengen ngajuin banding lagi.” jawab Bunda sambil menghela napas.

“Ya udah, Bunda pergi aja. Biar Papi yang temenin Ale.” ujar Papi. “Lumayan, bisa cuti sehari, hehe.”

“Hmm.. ya udah. Papi jagain Ale, ya.” kata Bunda lalu mengelus kepala Alesya, dan pergi dari kamar.

“Papi juga pergi kerja, deh. Kejahatan tidak pernah libur, tau.” timpal Alesya tepat setelah kepergian Bunda.

“Hahaha,” tawa Papi.

“Serius, Pi. Aku mau rebahan seharian sambil nonton drakor hukum biar bisa Papi komentarin lagi,” balas Alesya.

“Yakin bisa ditinggal sendiri?” tanya Papi.

“Iya.. nanti juga ada Rosa yang jenguk kalau dia sempat.” jawab Alesya.

Papi pun mengangguk, “Ya udah, Papi ambilin kamu obat dulu baru pergi kerja.”

Alesya ikut mengangguk, membalas ucapan sang ayah.

© hazelnutbbutter