Surprise!

Pukul 9 malam.

Hari ini adalah hari Selasa, tanggal 27 September 2022. Hanya dalam beberapa jam, hari akan berganti tanggal menjadi tanggal 28 September. Tahun ini, Hendy akan berumur 21 tahun. Setelah 3 tahun merantau jauh dari keluarganya di Makassar, ini adalah yang ketiga kalinya ia merayakan ulang tahun tanpa kehadiran keluarganya. Tapi Hendy suah terbiasa menghabiskan 3 tahun ini bersama teman-teman, sahabat-sahabat terbaiknya di kosan SM House.

Di kamar Maraka, Maraka berhasil membuat Hendy berlama-lama di dalam kamar 102 dengan iming-iming “bantu mengeditkan video tugas”. Padahal video tugas itu sudah lama Maraka kumpulkan setelah ia sendiri yang edit.

“Ah kau juga sudah dibilang kalau masih pemula nda usah sok-sokan pakai Premiere Pro sama Final Cut Pro juga! Dibilangin pakai mi Filmora saja atau iMovie.” omel Hendy yang sudah mulai keluar lagi logat Makassarnya.

“Ya habisnya kayaknya lebih bagus kalau pakai yang advanced gitu..” ucap Maraka.

Hendy berdecak kesal, “Udah, ini edit ulang. Pakai Filmora aja. Toh cuma perlu di cut-cut sisanya.”

“Sama kasih lagu.” timpa Maraka.

Hendy hanya menyengir kesal. “Ini gue color correct in dulu,” ucapnya lalu mengerjakan pekerjaan.

Setelah sekitar 1 jam lebih sedikit, Hendy sudah beres meng-color correct video Maraka.

“Nah sekarang, lo cut-cut sendiri aja, kan udah tau. Gue mau tidur dulu.” ucap Hendy lalu hendak meninggalkan kamar Maraka.

Maraka lantas terkejut dan segera mencegahnya untuk meninggalkan kamarnya. “Lo tidur di sini aja dah.” ucap Maraka. “Kamar lo kan berantakan, dan kasur juga empukan kasur gue.”

Hendy sejujurnya bingung, tapi karena dia sudah terlalu capek sepulang kampus dan rapat organisasi, jadi ia menurut saja pada Maraka. Akhirnya, Hendy berhasil tertidur di kamar Maraka.

BINGO! Ia masuk dalam jebakan.

Setelah memastikan Hendy betul-betul terlelap, ia perlahan membuka pintu, lalu mengintip ke arah kamar Hendy. Di sana, ia melihat gerak-gerik Lukman dan Junedi yang kalang kabut mulai mendekorasi kamar Hendy.

Tak lama, Jiya pun datang dengan kotak kue tangan kirinya, lalu beberapa paper bag berisikan kado, dan pembungkusnya di tangan kanannya. Maraka segera menyuruhnya masuk ke kamar Juned untuk memasukkan kue tersebut di dalam kulkas. Setelah itu, Jiya pun terus menetap di kamar Junedi untuk membungkus kado.

Tak disangka, Hendy betul-betul terlelap. Maraka bahkan yakin sepertinya Hendy lupa akan ulang tahunnya sendiri. Karena memang ia baru saja pulang dari rapat organisasi.

Waktu sudah menunjukkan pukul 11.40.

Maraka sudah waswas apabila Hendy tiba-tiba terbangun. Apa lagi, dari kamarnya tadi ia mendengar suara Lukman dan Junedi yang sedang cekcok karena Lukman meledakkan balon terus. Untungnya tidak terdengar terlalu jelas, cukup samar-samar saja. Ia yakin pasti Hendy tidak mendengarnya.

Sudah waktunya Maraka membangunkan Hendy. Ia menepuk pelan temannya yang terlihat lelah itu dan mulai berbicara pelan, “Hen.. ini editannya kayaknya kehapus, deh..”

Lantas Hendy langsung terbangun sadar, “HAH?!” pekiknya. “WOI ITU SAYA SUDAH LAMA SEKALI NGE-COLOR CORRECT-INNYA! Apa kau pencet kah?!”

“Tadi gue, close software-nya bentar karena mau restart laptop gue yang ngadet.. eh terus gue lupa kalau editannya belum di-save...”

Hendy berdecak kesal, “Ah, salah lo itu mah. Tapi coba aja buka lagi software-nya. Biasanya ke-auto save itu.”

Maraka berpura-pura membuka kembali software editing itu, “Gak ada, Hen..”

Hendy sudah memelototi Maraka tajam-tajam, “Coba sini.”

Ia berusaha mengembalikan file yang hilang itu walau sedikit mustahil karena sebenarnya di luar photo and video editing, Hendy itu gaptek. Hahaha. Akhirnya Hendy kesal sendiri dan merasa masa bodoh lalu kembali berbaring di kasur.

Maraka melihat kembali pada jam tangannya, waktu sudah menunjukkan pukul 11.55.

“Kita, keluar dulu yok bro. Cari angin, lihat bintang.”

“Emang sekarang jam berapa?”

“Udah mau jam 12,”

Hendy mengangguk setuju.

Kedua pemuda itupun keluar dari kamar 102 dan berdiam di depan koridor sembari bersandar pada pembatas balkon, “Gak dirasa kita udah tahun ketiga kuliah.” ucap Maraka.

“Hooh, semester depan udah skripsian aja.” timpa Hendy.

Maraka kembali melihat jam tangannya, “Kayaknya udah dulu deh Hen. Lo balik aja ke kamar lo.”

“Oh, ya udah.” ucap Hendy lalu berjalan menuju ke kamarnya. Ia merasakan bahwa Maraka mengikutinya ke ujung koridor. “Lo ngapain, anjrit?”

“Pinjem panci Indomie lo dong, hehehe.”

“Yee, bangsat.” Hendy pun sudah tepat berada di depan pintu kamar 104 miliknya, lalu membuka pintu itu.

“1.. 2.. 3.. SURPRISE!

Hendy terdiam dan mulai memproses semua ini, “OH GUE ULANG TAHUN?” pekiknya.

“Yeee, si bangsat goblok.” cibir Junedi.

Senyuman pun mulai terukir kembali di wajah Hendy, “Hahaha, oh jadi itu tadi si Maraka.. OOH.. HAHAHAHAHAH!”

“Si goblok udah makin gak waras karena rapat organisasi.” cibir Lukman.

“Tau,” tukas Maraka.

Happy birthday, Hendy.. Happy birthday, Hendy..” selang beberapa detik, Jiya pun muncul sambil membawakan kue dengan lilin yang sudah dinyalakan.

“HABEDE, HEN!!”