Sudden Visit

Hari Jumat pagi yang melelahkan bagi anak kembar tiga Arsitektur '21 Universitas SM. Mereka menyusun tugas maketnya semalaman sehingga tidak mendapat tidur yang cukup. Terutama Yuna. Ia ada kelas pagi ini pada jam 7.30. Berhubung mobil kakak Jevon sudah dibawa oleh sang pemilik, maka Jevon harus kembali menggunakan motornya.

“Gue antar Yuna dulu, ya.” ujar Jevon pada Hana yang masih berusaha untuk kembali tidur di sofa ruang tamu kediaman keluarga Jevon.

“Han, nanti aku pulang siang, langsung ke kos, kok.” ucap Yuna.

Hana hanya menggangguk mengerti dalam keadaan mengantuk. “Iya, ini aku ngumpulin nyawa dulu. Tapi kamu serius gak mau bolos aja hari ini?”

“Ini pertemuan terakhir sebelum final lho, Han.”

“Oh, iya!” seru Hana. “Berarti nanti aku gak bisa bolos juga haduh..”

Jevon tertawa mengejek, “Semester 2 udah mau kelar, lo masih kepikiran bolos.”

Hana nyengir kuda, “Sejujurnya lo juga mau bolos, kan?” sarkasnya pada Jevon.

“Udah woi. Gue telat bentar!” protes Yuna.

Setelah saling cekcok satu sama lain, Jevon dan Yuna pun akhirnya meninggalkan rumah sehingga hanya ada Hana beserta orangtua dan kak Jesslyn, kakak perempuan Jevon yang masih ada di sana. Ini bukan pertama kalinya pula Hana maupun Yuna berkunjung ke rumah Jevon sekeluarga, jadi ini sangat tidak canggung.

Mengenai Jevon dan keluarganya.. Jevon adalah anak bungsu dari 3 bersaudara. Kakak sulungnya adalah bang Dika, dan kakak keduanya adalah kak Jesslyn. Ya, sang pemilik usaha kebab yang dikenal enak. Sementara kedua orangtuanya sudah pensiun setelah anak sulungnya memiliki pekerjaan tetap, keduanya pun memilih untuk membantu anak perempuannya dalam mengelola usaha makanan ini.

Lalu Jevon.. ya kalian sudah tahu. Dia adalah anak dengan kepribadian yang unik dan dapat membuat semua orang di sekitarnya nyaman—platonically—.

Hana merasa tidak enak berleha-leha di sofa orang tanpa memerhatikan kesibukan pemilik rumah. Ia pun pergi mencari orangtua Jevon dan kak Jesslyn ke rumah sebelah, tempat usaha kebab itu dijalankan. Memang masih terlalu pagi untuk membukanya, tapi keluarga ini sudah mulai menyiapkan bahan yang akan digunakan.

“Tante, om.. kak Jesslyn. Saya boleh bantu, gak?” ucap Hana menawarkan bantuan.

“Aduh, Hana gak usah repot-repot bantuin. Pasti capek banget ngerjain tugas semalaman.” elak ayah Jevon.

“Hana mending kamu tidur dulu di kamarnya Jevon. Itu tante udah sempat kasih nyala AC-nya biar kamu bisa tidur.” ucap mama Jevon.

“Tapi sebenarnya seladanya belum dicuci, sih.” ucap kak Jesslyn.

“Ck, kakak!” celetuk mama Jevon.

“Biar saya aja, kak yang cuci seladanya.” ucap Hana lalu mengambil sebaskom selada dan membawanya ke dapur.

“Tolong cucinya pakai air yang di-filter, ya Hana.” ucap kak Jesslyn.

“Iya, kak!” balas Hana.

TING TONG!

Terdengar suara bel saat Hana sedang sibuk mencuci selada. Sebelum mama Jevon berjalan untuk membuka pintu, Hana sudah menawarkan diri untuk membuka pintunya.

Krek

“Cari sia-”

“Ha-Hana?”

Hana mendengus. Ia benar-benar tidak menyangka Naren akan muncul di depannya pagi-pagi di rumah orang. Terutama hubungan kedua sahabat ini juga sedang merenggang.

“Jevon mana?” tanya Naren.

“Ke kampus.”

“Lho, kamu?”

Hana mendengus, “Peduli amat.”

Naren menaikkan sebelah alisnya, “Ya iya, lah.”

“Bentar dia balik, dia cuma nganter Yuna. Kalau mau ketemu, tunggu aja di sini. Aku mau masuk.” ketus Hana.

“Lho, akunya gak disuruh masuk?”

Hana mengernyit, “Ini bukan rumah aku.”

Tepat sebelum salah satu maupun keduanya memasuki rumah, suara knalpot motor yang familiar pun mulai terdengar hingga akhirnya muncullah sosok Jevon yang segera memarkirkan motornya di depan rumah.

Sesaat ia melepas helmnya, ia langsung mengernyit tidak enak. “Lo ngapain disini?” pekiknya setelah menyadari kehadiran Naren.

Naren berdehem, kemudian memeluk Jevon dengan canggung. “Aduh, bro. Lo dari mana aja sih gak ikut nongki semalam?”

Jevon yang merasa canggung langsung segera melepaskan pelukan itu. “Utututu ada yang kangen.” ejek Jevon.

Melihat kedua orang itu, Hana langsung merasa geli sehingga ia akhirnya kembali masuk ke dalam rumah untuk mencuci selada.

Sepeninggal Hana, Naren pun menghela napasnya.

Jevon yang memasang wajah mengejek dengan sebelah alis yang diangkat, “Lo.. modus kan sebenarnya? Mau ketemu Hana, kan?”

“Mana ada! Udah, gue mau makan kebab!”

“Belum buka, tolol.”

“Mau main.”

“Dih?”

© hazelnutbbutter