Flashback
Tahun lalu, 2021.
Saat itu Jiya sedang berada di SM House untuk menggantikan pamannya, pak Kadir yang sedang pulang ke kampung halaman untuk sekitar 2 bulan. Waktu itu juga keempat bujang aneh itu sudah mulai libur kuliah sehingga mereka lebih banyak menghabiskan waktu di kosan bagi yang tidak pulang kampung.
Hendy dan Junedi sudah pulang ke kampung halamannya masing-masing. Tinggal Maraka dan Lukman saja yang berada di kosan dari keempat bujang itu.
Di saat Maraka sibuk dengan organisasinya, Lukman terpaksa harus bergaul dengan Jiya, keponakan bapak kos yang sangat tidak ia sukai karena galak.
Pada suatu Malam, Lukman sedang merasa kesepian karena ketiga orang temannya sedang tidak berada di dekatnya. Berbincang melalui WhatsApp dengan berbincang secara langsung itu tentu sangat berbeda.
Lukman pergi ke rooftop kosan, untuk melihat langit malam tanpa bintang.
Ia menghela napasnya dan merogoh saku untuk mencari kotak rokoknya. Namun ia sadar bahwa ia tak membawa pemantik dengannya. Lukman hanya menghisap rokok yang tidak menyala itu.
Beberapa detik kemudian, pintu rooftop terbuka. Lantas Lukman berbalik, itu adalah Jiya. Ia berdecak kesal. Apakah hari ini tidak bisa lebih buruk lagi?
“Nyebat lu?” tanya Jiya.
“Menurut lo?” sarkas Lukman sembari memamerkan rokoknya yang tak menyala.
Jiya merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah pemantik. Ia memantik api dari sana, “Mau?” tanyanya.
Lukman berdehem, lalu ia memasukkan kembali rokok yang ia pegang ke dalam kotak rokoknya. “Sebenarnya gue udah gak ngerokok. Semenjak maba. Ini nyolong punya temen.” katanya.
“Gak nanya.” balas Jiya.
Lukman hanya bisa nyengir.
“Kenape lu? Galau amat?” tanya Jiya.
Lukman awalnya mengernyit heran, namun ia tetap menjawab. “Enggak, gue cuma ngerasa akhir-akhir ini kesepian aja sih. Jadi sepi nih kosan. Hendry sama June pulang kampung, Maraka sibuk sendiri, penghuni kos yang lain juga pegawai semua kan, gak pernah nongol.”
“Lo kenapa gak pulang kampung?” tanya Jiya. “Ke Bandung kan deket, jir.”
Lukman nyengir, “Lo kira gue gak mau pulang? Gue habis cekcok sama bokap nyokap. Gak bisa pulang dulu sementara.” jelasnya.
“Cekcok kenape?”
“Gue dimarahin karena duit bulanannya gue habisin beli merchandise dan printilannya TWICE..” lirih Lukman.
Jiya yang tadinya serius mendengarkan Lukman, fokusnya jadi terhambur. “Yah, bangsat. Udah serius juga.”
“Ini serius, jir!” pekik Lukman.
“Nye nye,”
Keduanya bertukar pikiran hingga malam semakin larut tanpa mereka sadari. Mereka baru sadar ketika mendengar pagar kos terbuka pas pada jam malam. Ternyata itu adalah Maraka yang baru pulang, tepat waktu.
“Gue mau kunci pagar. Duluan, yek.” Jiya pamit kepada Lukman.
“Jiya,” panggil Lukman.
“Oi.”
“Lo pendengar yang bagus, mau jadi pacar gue gak?” tanya Lukman.
Jiya berpikir sejenak lalu akhirnya menjawab, “Oke.” jawabnya lalu menghilang dari pandangan Lukman.
Setelah itu, Lukman langsung menceritakan semuanya kepada Maraka yang baru saja pulang.
“HAHHHH?????” pekik Maraka. Ya, itu reaksi pertamanya saat tahu temannya itu sudah tidak jomblo lagi. Ia tertawa cekikikan, “MURAHAN BANGET LO JING AOWKWOWK,” ledeknya.
“Salah gue di mana, jing?”
“Bukannya jadi teman curhat dulu, ini langsung jadi pacar? Mana Jiya juga iya-iya aja lagi.” ujar Maraka. “Buset Jiya, gak nyangka.”
“Hey, cinta itu bisa datang kapan saja, sobat.” ucap Lukman.
“CINTA PALA LO CINTA HAHAHA,” tawa Maraka. “Lo berdua tuh lebih parah dari Tom & Jerry, tiba-tiba jadian. Gak jelas.”
“Sirik lo, mblo.”
Ya, Lukman dan Jiya memang “berpacaran” tapi hubungan tersebut hanya bertahan selama 2 hari karena Jiya yang memutuskan dirinya. Setelah putus, Jiya langsung pergi dan tak pernah kembali lagi hingga saat ini.
“Kita putus yek, bye.”
© hazelnutbbutter, 2022