Bestie Material
Death Note anime reference at some point!
Waktu sudah menunjukkan pukul 11.53, Hana masih beradandi atas motor yang dikendarai oleh Naren. Ia melihat pintu masuk bawah tanah stasiun Bundaran HI. Naren pun menghentikan motornya di dekat situ, sang gadis buru-buru melepaskan helmnya dan pamit kepadanya.
“Thanks ya, Ren! Aku duluan dulu, takutnya temanku kelamaan nunggunya.” ucap Hana.
“Kamu gak mau aku jemput nanti atau gima-”
Naren belum sempat menyelesaikan kalimatnya, tapi Hana sudah pergi dari pandangannya.
“Ya elah mau ketemu Jevon doang, sampai segitunya.. Cih.” cibirnya dalam hati.
Sementara itu, Hana menuruni tangga dengan perlahan sambil melihat ponselnya. Ia pun akhirnya melihat pemuda yang wajahnya persis dengan yang pernah dirinya lihat di profil WhatsApp milik Jevon. Ya tentu saja, itu Jevon yang sedang berdiri di bawah tangga.
Dengan kikuk, Hana berjalan mendekatinya. “Jevon?”
“Hana, ya?” balas pemuda berpakaian biru itu.
Hana mengangguk. Sejujurnya ini sangat canggung. Pertemuan secara langsung benar-benar berbeda dengan berbincang di WhatsApp.
“Ya udah yuk. Sambil jalan aja, MRT-nya bentar lagi datang.” ucap Jevon. “Lo udah punya kartu MRT kan? Kalau gak ada, E-Money aja atau Brizzi.”
“Aku ada E-Money kok.”
“Bagus. Nanti gue ajarin caranya.”
Dengan ramah, Jevon mengajak Hana terus berbincang dan bahkan mengajari gadis itu cara membayar, naik, dan menjelaskan rute MRT. Kebaikan Jevon membuat Hana merasa tersanjung. Dia benar-benar orang yang baik.
Setelah beberapa menit, mereka pun sampai di tujuan akhir mereka. Dari stasiun pun mereka hanya perlu berjalan kaki sedikit sampai ke toko yang hendak mereka tuju.
Animate, toko pernak-pernik Anime dan Manga. Surga bagi para otaku, termasuk Hana dan Jevon.
“Wah, gede banget.” ucap Hana.
“Gue udah lihat di instagramnya tadi, mereka ada section terpisah buat Death Note. Mau liat?” tanya Jevon.
“Ayo, ayo!”
Keduanya pun segera masuk ke dalam toko dan berjalan menuju lorong yang penuh dengan barang-barang yang berbau anime legendaris, Death Note. Wajah Hana langsung berseri-seri saat melihat action figure para Shinigami yang berjejer rapi pada satu rak.
“Lo emang sukanya Shinigami ya?”
Hana mengangguk, “Apalagi Ryuk. Soalnya mereka gak ribet kayak Light sama L.” balasnya.
Jevon tertawa, “Setuju sih.”
“Kamu- lo sukanya siapa?” tanya Hana.
Jevon mengambil salah satu action figure perempuan dengan pakaian berwarna hitam dan rambut pirang sambil menjawab, “Misa imut, dong.”
Hana tertawa cekikikan. “Ka- lo seru juga.”
“Masa, sih? Hahaha,” cetus Jevon. “Oh ya, santai aja gak usah maksa gue-loan kalau belum terbiasa.”
“Habisnya orang Jakarta katanya bakal geeran kalau pakai aku-kamu.” ujar Hana.
Jevon tertawa sampai kedua matanya mengerut, memamerkan eye smile khasnya, “Gak semua kok. Gue enggak. Tenang aja.”
Hana mengacungkan tangannya, memberikan isyarat 'OK' kepada Jevon sebagai tanda paham.
Seiring berjalannya waktu, keduanya menjadi semakin akrab tanpa disadari. Mereka sudah bisa saling bertukar canda dam humor, bahkan berbagi selera. Sampai-sampai mereka betah berlamaan bersama karena merasa nyaman dan cocok sebagai teman.
© hazelnutbbutter